Tidak Tega Melihat Tentara Tewas Oleh Mujahidin Myanmar, Inilah Langkah Aung San Suu Kyi
Satu Negeri - Pemimpin de facto Myanmar,
Aung San Suu Kyi telah meminta kepada para mujahidin yang gigih bertempur untuk
membela umat islam yang sedang dibantai olehnya untuk berdamai. Hal tersebut ia
sampaikan sejak beberapa pemenang nobel perdamaian menasehati pemimpin de facto
Myanmar yang juga termasuk salah satu pemenang nobel perdamaian.
Sedikitnya 12 orang dari kubu tentara Myanmar tewas di
tengah pertempuran yang sedang berlangsung di Negara bagian Arakan, ketika
sebuah aliansi empat kelompok bersenjata dan mujahidin Muslim Rohingya
menyerang pos-pos pemeriksaan militer Myanmar, kantor polisi dan Zona
Perdagangan ke-105 Mil di kabupaten Muse. Hal tersebut membuat para petinggi
militer Myanmar mulai berpikir untuk melakukan pembunuhan dan penghancuran
kembali kepada umat muslim yang ada di Rohingya.
Sedikitnya ada ratusan mujahidin dari berbagai
Negara yang ikut membantu muslim Rohingya untuk menghancurkan bala tentara
Myanmar yang sangat haus akan darah. Mulai dari Taliban, Daulah Islamiyah (IS),
sampai kelompok-kelompok bersenjata dari Rohingya yang tergabung dalam Arakan
Rohingya Salvation Army (ARSA). Sekitar 20 pos polisi diserang pada Jum'at dini
hari oleh sekitar 150 pejuang, beberapa membawa senjata api dan menggunakan
bahan peledak buatan sendiri, kata militer Myanmar.
Seorang warga di Maungdaw, kota utama di Rakhine utara, mengatakan bahwa tembakan bisa terdengar sepanjang malam. "Kami masih mendengar suara tembakan sekarang, kami tidak berani keluar dari rumah kami," kata penduduk itu melalui telepon, meminta tidak disebutkan namanya.
Sedangkan media pemerintah mengutip pernyataan dari Kantor Penasihat Negara mengatakan bahwa pemerintah “menjaga pintu perdamaian tetap terbuka untuk menyambut semua pemangku kepentingan yang terkait untuk berpartisipasi dalam proses perdamaian”. Hal tersebut ia sampaikan semenjak pecahnya konflik antara pejuang islam dan kelompok tentara Myanmar. (SN/ti)
Seorang warga di Maungdaw, kota utama di Rakhine utara, mengatakan bahwa tembakan bisa terdengar sepanjang malam. "Kami masih mendengar suara tembakan sekarang, kami tidak berani keluar dari rumah kami," kata penduduk itu melalui telepon, meminta tidak disebutkan namanya.
Sedangkan media pemerintah mengutip pernyataan dari Kantor Penasihat Negara mengatakan bahwa pemerintah “menjaga pintu perdamaian tetap terbuka untuk menyambut semua pemangku kepentingan yang terkait untuk berpartisipasi dalam proses perdamaian”. Hal tersebut ia sampaikan semenjak pecahnya konflik antara pejuang islam dan kelompok tentara Myanmar. (SN/ti)
Post a Comment